Blog IJPHS Kesehatan

Pelatihan kader penemu kasus baru kusta dengan pendekatan teori belajar sosial

Peran kader terlatih dalam menemukan kasus baru kusta dengan pendekatan teori pembelajaran sosial di Kota Bima, Indonesia dipelajari untuk mengetahui efektivitas pemberdayaan kader kesehatan dalam mengubah persepsi mereka tentang kusta untuk deteksi dini. Kurniadi dan Hasbi (2024) menggunakan metode kuasi-eksperimental, dengan membandingkan hasil temuan dari 20 kader yang dilatih dengan 20 kader yang tidak dilatih sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam jumlah penemuan kasus antara kedua kelompok, dimana kader terlatih mengidentifikasi tujuh kasus positif kusta dibandingkan dengan hanya tiga kasus yang dicurigai pada kelompok kontrol. Studi ini menunjukkan bahwa pelatihan kader kesehatan menggunakan metode pembelajaran sosial dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi kasus baru kusta, dan merekomendasikan eksplorasi lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan ini.

Apa implikasi dari temuan studi ini terhadap pencegahan dan pengendalian kusta di Bima, Indonesia?

Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap pencegahan dan pengendalian kusta di Bima, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan kader kesehatan dengan menggunakan metode pembelajaran sosial dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi kasus kusta baru, yang sangat penting untuk deteksi dini dan manajemen penyakit yang efektif. Pendekatan ini dapat mengurangi jumlah kasus yang tidak terdiagnosis, sehingga mengurangi risiko penularan dan beban penyakit secara keseluruhan di masyarakat.

Temuan penelitian ini juga menyoroti pentingnya memberdayakan kader kesehatan untuk mengubah persepsi mereka tentang kusta, yang sangat penting untuk pencegahan dan pengendalian yang efektif. Dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para kader, studi ini menunjukkan bahwa mereka dapat memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan melaporkan kasus, sehingga meningkatkan respons terhadap penyakit ini secara keseluruhan.

Dalam hal aplikasi praktis, hasil penelitian ini dapat menginformasikan pengembangan intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan deteksi dan pengelolaan kusta di Bima, Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan metode pembelajaran sosial ke dalam program pelatihan yang sudah ada untuk kader kesehatan, serta memberikan dukungan dan sumber daya tambahan untuk memastikan bahwa mereka diperlengkapi untuk mengidentifikasi dan mengelola kasus secara efektif.

Selain itu, temuan penelitian ini juga dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang strategi pencegahan dan pengendalian kusta, terutama dalam konteks sumber daya yang terbatas di mana penyakit ini lebih banyak ditemukan. Dengan mengeksplorasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan yang diamati dalam temuan kasus antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, penelitian ini dapat menginformasikan pengembangan intervensi yang lebih efektif dan tepat sasaran yang memenuhi kebutuhan dan tantangan spesifik dari pengaturan ini.

Secara keseluruhan, temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan untuk pencegahan dan pengendalian kusta di Bima, Indonesia, dan dapat berkontribusi pada pengembangan strategi yang lebih efektif untuk mengelola penyakit ini di daerah dengan sumber daya terbatas.

The role of empowering health cadres to change their perceptions of leprosy is very important for early detection. The aim of the research is to determine the role of trained cadres to find new cases of leprosy with a social learning theory approach. The quasi-experimental method was used in this study to identify new cases of leprosy, with a sample of 20 trained cadres and 20 untrained samples as controls. The data collected were then processed using the Mann-Whitney. The distribution of leprosy case findings in the control group revealed 17 negative cases and three suspected cases, and the distribution of leprosy case findings in the treatment group revealed 12 negative cases, one suspected case, and seven positive cases. On the results of the Mann-Whitney test, it was found that the value of p=0.03 <0.05 and the difference in the mean rank of the treatment was 23.52 and the mean rank in the control was 17.48. In conclusion, there was a difference in the range of case findings between the control and treatment groups that received leprosy identification training using social learning methods. The recommendation is to explore potential factors that may contribute to the observed differences in case findings.

The role of trained cadres to find new cases of leprosy with a social learning theory approach in the City of Bima, Indonesia
Kurniadi Kurniadi, Muhamad Hasbi

Redaksi: I. Busthomi