Blog IJEECS IJPHS

Pengelolaan sampah

Kurniawan dkk. (2024) menganalisis ketertarikan masyarakat terhadap pengetahuan pengelolaan sampah. Mereka menggunakan data dari Google Trends untuk mengidentifikasi kejadian terkini dalam pengelolaan sampah berdasarkan hasil analisis dari konten berita online. Penelitian ini menggunakan vector autoregressive (VAR) dengan impulse response function (IRF) dan latent dirichlet allocation (LDA) sebagai metode analisisnya. Mereka mengemukakan bahwa dibutuhkan setidaknya empat minggu bagi individu untuk menyerap informasi pengelolaan sampah. Mereka menyoroti perlunya pemerintah dan komponen pentahelix untuk berkolaborasi sehingga dapat mengurangi penundaan akuisisi informasi oleh masyarakat. Studi ini menekankan pentingnya informasi pengelolaan sampah yang memandu pemilihan kata kunci oleh penyedia informasi [1].

Informasi yang mudah tersebar, akan membuat follow-up dari pengelolaan sampah juga lebih dapat dipersiapkan. Mulasari dkk. (2024) melakukan penelitian yang berfokus pada kesiapan wirausaha komunitas bank sampah di Desa Ngalang, Kabupaten Gunungkidul [2]. Penelitian kualitatif fenomenologi ini menggunakan analisis isi sebagai metode analisis datanya. Responden penelitian ini adalah enam orang pengurus dan anggota komunitas bank sampah yang memenuhi kriteria khusus: tidak memiliki pekerjaan tetap, aktif, dan telah terlibat dalam bank sampah selama minimal satu tahun. Mereka menemukan bahwa komunitas bank sampah di Desa Ngalang menunjukkan kesiapan berwirausaha melalui berbagai keterampilan dan sifat, termasuk:

  1. Keterampilan bisnis: anggota masyarakat memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan usaha.
  2. Keberanian dalam menghadapi kegagalan usaha: mereka mampu menangani dan mengantisipasi kegagalan usaha.
  3. Dukungan jaringan sosial: komunitas memiliki jaringan yang mendukung kegiatan usaha.
  4. Mengidentifikasi peluang bisnis: mereka dapat mengenali peluang untuk pertumbuhan bisnis.
  5. Mempersiapkan rencana pengembangan usaha: anggota masyarakat menyiapkan rencana pengembangan usaha.
  6. Persiapan fisik, mental, dan spiritual: mereka dipersiapkan secara fisik, mental, dan spiritual untuk melakukan kegiatan usaha.
  7. Kepribadian yang kuat: anggota komunitas memiliki kepribadian yang kuat.
  8. Kesediaan untuk mengembangkan keterampilan: mereka bersedia untuk mengembangkan keterampilan mereka.
  9. Persiapan untuk kegiatan usaha: masyarakat siap untuk melakukan kegiatan usaha.
  10. Persiapan pemasaran: mereka mempersiapkan diri untuk memasarkan produk mereka.

Faktor-faktor kesiapan wirausaha ini sangat penting bagi komunitas bank sampah di Desa Ngalang untuk berhasil memulai dan mempertahankan bisnis. Mulasari dkk. menyoroti pentingnya faktor-faktor ini dalam perjalanan kewirausahaan komunitas bank sampah [2].

Referensi:

R. Kurniawan, Agung Purwanto, Anugerah Karta Monika, Krismanti Tri Wahyuni, Muhammad Yunus Hendrawan, and Mohamad Andrian Isnaeni, “Google trends and online media data for supply and demand information in waste management evaluation in Jakarta,” Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science (IJEECS), vol. 30, no. 2, pp. 1140–1140, May 2023, doi: 10.11591/ijeecs.v30.i2.pp1140-1149.

‌S. A. Mulasari, F. Tentama, D. R. Kusuma, S. Sulistyawati, and T. W. Sukesi, “Waste management through a waste bank based on entrepreneurial readiness in Ngalang Village,” International Journal of Public Health Science (IJPHS), vol. 13, no. 3, pp. 1409–1421, Sep. 2024, doi: 10.11591/ijphs.v13i3.22547.

Redaksi: I. Busthomi