Blog Lainnya Pendidikan

Penguatan Literasi Publikasi Ilmiah

Hidup di dunia dengan serba-serbi tantangan ilmu pengetahuan semoga tidak membuat generasi bangsa semakin menutup mata atau memandang dari satu sudut pandang saja. Ilmu pengetahuan perlu dikembangkan agar tetap relevan sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu caranya dengan melalukan riset kemudian mempublikasikan kepada banyak pembaca. Namun, jika berhenti pada riset saja dan hanya menjadi sebuah manuskrip, maka hal itu dapat dikatakan sebagai riset yang gagal karena tidak ada kebermanfaatan yang dihasilkan kecuali hasil riset ditindaklanjuti dengan publikasi ilmiah untuk menambah gagasan dan ide baru bagi pembaca.

Publikasi ilmiah dapat dimaknai sebagai usaha penyebarluasan ide dan gagasan suatu ilmu pengetahuan melalui riset yang dijelaskan secara ilmiah. Akademisi, dosen, guru, dan mahasiswa tentu sudah sangat familiar dengan hal tersebut. Saat ini, pemerintah juga menggencarkan untuk pemperbanyak publikasi agar semakin banyak yang berkontribusi sebagai pengembang keilmuan.

Lantas apa kaitannya dengan literasi?

Banyak orang mengartikan literasi sebagai kemampuan seorang individu dalam proses penguasaan membaca dan menulis. Dalam bahasa Inggris literasi (literacy) mengandung arti makna huruf atau melek huruf. Menurut American Library Association dalam (Suherman, 2013) literasi adalah kemampuan seseorang mengenali kapan informasi yang dibaca untuk diperlukan, digunakan, dan dimanfaatkan secara efisien. Kemampuan literasi tersebut digadang-gadang sebagai indikator yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan seseorang. Dengan demikian seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang baik diharapkan dapat membantu seseorang dalam memahami informasi lisan maupun tertulis.

Dasar literasi ini bagi seorang muslim telah diterangkan dalam Al-Quran surah Al-Alaq ayat (1-4), yang bunyi artinya sebagai berikut

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena,”.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dimaknai sebagai manusia telah diciptakan dengan begitu sempurna, diperintahkan untuk membaca, memaknai, memahami, dan menuliskannya kembali agar menjadi tulisan yang kebermanfaatannya dirasakan oleh banyak orang.

Selain itu, kekuatan literasi sangat berperan besar dalam pembangunan sumber daya manusia sehingga menjadi penting untuk dihidupkan. Literasi ini menjadi modal dalam mengembangkan dan membangun wacana keilmuan agar terjadi pergerakan kemajuan mengenai pemikiran ide dan gagasan. Pergerakan pemikiran ide dan gagasan itulah menjadi hal penting bahwa kemampuan menulis dan publikasi ilmiah harus diawali dengan modal literasi sebagai dasar utama yang kuat. Yamin (2018) mengatakaan proses membaca dan menulis penting untuk dikembangkan sebagai cara merawat budaya membangun peradaban. Literasi tidak serta merta dimaknai sebagai kegiatan membaca saja, tetapi perlu dilanjutkan dengan kemampuan menulis dan perlu ditradisikan agar apa yang menjadi urgensi pokok pembahasan memberi manfaat sebagai bentuk perubahan.

Beberapa hal yang perlu digarisbawahi untuk ditinjau ulang agar sama-sama saling memerhatikan dan dipahami kembali seperti:

  • Temuan baru untuk mencegah plagiarism

Jika mencermati indikator sebuah karya yang paling utama pasti ada unsur originalitas atau istilah lainnya biasa disebut dengan ‘novelty’. Novelty merupakan temuan baru yang belum ditemukan oleh orang lain, misalnya metode baru, pengetahuan baru, maupun masalah-masalah baru. Hal ini menjadi penting karena bertujuan mencegah terjadinya hasil yang sama dengan hasil riset sebelumnya. Banyak dijumpai kasus sebuah hasil riset hanya berulang dan minim manfaat. Akhirnya, kasus-kasus seperti itu hanya berakhir sebagai manuskrip yang kurang dimanfaatkan oleh orang banyak. Oleh karena itu, novelty tidak dapat ditawar karena menjadi pokok keharusan prioritas utama dalam sebuah riset untuk menjadi sebuah publikasi yang layak baca. Pada posisi inilah kemampuan literasi mengenali informasi, memahami, membandingkan, bahkan menganalisis sangat dibutuhkan dalam menemukan temuan-temuan baru.

  • Kebermanfaatan hasil terhadap masyarakat luas

Indikator kedua yang tidak boleh terlupakan adalah kontribusi dari hasil tersebut terhadap orang banyak. Melalui temuan-temuan baru yang sudah dijelaskan sebelumnya bagian ini dapat menjadi penghubung agent of change terhadap masyarakat luas sebagai bentuk perubahan. Dengan demikian secara tidak sadar ilmu pengetahuan pelan-pelan akan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Dampak dari hal ini dapat membuat masyarakat tumbuh menyesuaikan kondisi-kondisi global.

  • Literasi etika publikasi ilmiah

Hal terakhir yang sering diabaikan adalah etika penulisan publikasi ilmiah. Sering kali, author mengabaikan template penulisan publikasi itu. Padahal keabaian itu menjadi urgensi untuk diperhatikan dan dipertimbangkan kembali sebelum submit. Bisa jadi dua unsur diatas novelty dan kebermanfaatan hasil sangat mumpuni, tetapi karena kita abai pada saat submit ke jurnal tidak menggunakan template jadi tertolak untuk dipublikasikan.

Ketiga unsur di atas, menjadi hal dasar dan sangat berkaitan erat mengapa perlu adanya penguatan literasi dalam proses publikasi ilmiah. Tanpa adanya proses literasi yang kuat kualitas publikasi ilmiah akan biasa-biasa saja. Maka dari itu, melalui penguatan literasi publikasi ilmiah dengan memerhatikan etika publikasi akan hadir temuan-temuan baru yang memberi kebermanfaatan banyak dan dapat dipublikasikan untuk masyarakat luas.

Redaksi: Arohmawati

Referensi:

  • Al-Qur’an dan terjemahannya. 2018. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro.
  • Suherman. (2013). Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah. Bandung: Literate Publishing.
  • Yamin, M. “Kebijakan Literasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Publikasi di Perguruan Tinggi”. Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi. Vol. 2, no. 1. pp. 19-26. 2018.