Blog IJPHS Kesehatan

Pengaruh diet dan vitamin D3 terhadap prolaps genital

Apakah ada efek samping dari diet, vitamin D3, dan faktor lainnya terhadap kekambuhan prolaps genital? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Laktionova dkk. (2024) meneliti diantaranya pengaruh diet dan vitamin D3 terhadap prolaps genital. Berikut ini adalah beberapa temuan utama dari penelitian tersebut:

  1. Faktor gaya hidup: studi ini menemukan bahwa angkat beban, pekerjaan fisik yang berat, sembelit, asupan protein yang tidak mencukupi, penyakit yang berhubungan dengan batuk yang berkepanjangan, dan tingginya indeks massa tubuh (body mass index, BMI) memiliki keterkaitan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya prolaps genital.
  2. Faktor nutrisi: asupan protein yang tidak mencukupi diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kekambuhan. Sebaliknya, berdasarkan penelitian tersebut, penurunan berat badan setidaknya 5 kilogram menunjukkan efek perlindungan terhadap kekambuhan.
  3. Vitamin D3: meskipun efek spesifik yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan vitamin D3 tidak disoroti dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa panduan nutrisi secara keseluruhan dapat memainkan peran penting dalam mengurangi risiko kekambuhan prolaps genital melalui dukungan kekebalan tubuh dan pemeliharaan kesehatan secara umum.
  4. Pemantauan pasca operasi: pentingnya pemantauan gaya hidup pasca operasi dan panduan nutrisi tidak dapat dilebih-lebihkan. Pemeriksaan rutin setiap enam bulan selama lima tahun yang diikuti dengan kunjungan tahunan membantu mengidentifikasi faktor-faktor ini dan menyesuaikannya di antara kelompok-kelompok kasus.

Singkatnya, meskipun tidak ada bukti langsung yang menghubungkan vitamin D3 secara khusus dengan penurunan tingkat kekambuhan prolaps genital, mempertahankan pola makan sehat yang kaya protein bersama dengan penyesuaian gaya hidup lainnya seperti olahraga teratur dan menghindari pekerjaan fisik yang berat dapat secara signifikan mengurangi risiko kekambuhan prolaps genital. Pemantauan pasca operasi juga sangat penting untuk mengelola faktor-faktor ini secara efektif.

Bagaimana bisa BMI dapat memengaruhi kemungkinan kambuhnya prolaps genital? BMI secara signifikan memengaruhi kemungkinan kambuhnya prolaps genital melalui beberapa mekanisme, diantarabnya:

  1. Peningkatan tekanan perut: BMI yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan tekanan perut, yang dapat memperburuk tekanan pada struktur penyangga panggul. Tekanan ini dapat menyebabkan risiko yang lebih besar terjadinya prolaps atau kekambuhan setelah intervensi bedah.
  2. Penyangga dasar panggul: obesitas dapat mengganggu fungsi otot dasar panggul dan jaringan ikat, sehingga melemahkan penyangga organ panggul. Penopang yang melemah ini dapat berkontribusi pada tingkat kekambuhan prolaps genital yang lebih tinggi.
  3. Peradangan dan faktor hormonal: peningkatan lemak tubuh dapat menyebabkan peradangan sistemik dan perubahan hormonal yang dapat berdampak negatif pada integritas jaringan dan proses penyembuhan pasca operasi, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kekambuhan.
  4. Hasil pembedahan: penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan BMI yang lebih tinggi dapat mengalami hasil pembedahan yang lebih buruk, termasuk tingkat komplikasi yang lebih tinggi dan kekambuhan setelah prosedur yang bertujuan untuk memperbaiki prolaps genital.
  5. Manajemen berat badan: penurunan berat badan telah dikaitkan dengan peningkatan kesehatan dasar panggul. Bahkan penurunan berat badan yang sederhana (misalnya, 5% dari berat badan) dapat mengurangi risiko kambuhnya prolaps dengan mengurangi beberapa tekanan pada struktur panggul.

Singkatnya, BMI yang lebih tinggi berkorelasi dengan peningkatan kemungkinan kambuhnya prolaps genital karena faktor-faktor seperti peningkatan tekanan perut, gangguan penyangga panggul, respons inflamasi, dan dampak negatif pada hasil pembedahan. Oleh karena itu, mengelola BMI melalui intervensi gaya hidup mungkin bermanfaat dalam mengurangi tingkat kekambuhan prolaps genital.

Effect of diet, vitamin D3 and other factors on genital prolapse recurrensce
Mariya Laktionova, Maksut Kulzhanov, Bayan Imasheva, Laura Serikkyzy, Zauresh Barmanasheva

This study addresses the pressing need for further investigation into risk factors contributing to genital prolapse recurrence, with a focus on factors like younger age and body mass index (BMI) that have been confirmed in the literature. Conducted as a cross-sectional study involving 300 post-operative cases of genital prolapse patients, the case groups comprising 210 individuals received regular gynecological check-ups every six months during the initial five years post-surgery, followed by annual visits, wherein lifestyle, diet, and laboratory values were monitored and adjusted. In contrast, the control group (90 patients) did not undergo post-operative gynecological follow-up. The results indicate that weight lifting, heavy physical work, menopause, constipation, insufficient protein intake, diseases associated with prolonged cough, and BMI are strongly associated with the likelihood of recurrent genital prolapse, while a weight reduction of 5 kg or more exhibits a protective effect (p<0.001). The established regression model proves statistically significant, explaining 84.1% of genital prolapse recurrence factors, with a sensitivity of 84.8% and specificity of 98.8%. These findings emphasize the importance of postoperative lifestyle monitoring, nutritional guidance, and immune support to reduce the risk of genital prolapse recurrence.

Redaksi: I. Busthomi